cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta utara,
Dki jakarta
INDONESIA
PRoMEDIA
ISSN : -     EISSN : 24609633     DOI : -
Core Subject : Education,
JURNAL TENTANG PERMASALAHAN DAN ISU TERKINI DALAM PERKEMBANGAN KEHUMASAN SERTA MEDIA KOMUNIKASI. DITERBITKAN OLEH PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2020): PROMEDIA" : 7 Documents clear
Budaya Komunikasi Publik Kontemporer Analisis Strukturasi Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Mochamad Taufiq Hidayat
PRoMEDIA Vol 6, No 1 (2020): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v6i1.2394

Abstract

AbstractThis article higlights government public communication as the prioritize for the public and citizens interests of government activities. Even there are no clear boundaries regarding the approach, tactics, process and benchmarks, yet to be define the successfull public communication activities. With the structuration approach, this study dissects the public communication approach the current framework of government communication institutional. The analysis was carried out in the institutional context of the Ministry of Communication and Information which legally has a formal role in government public relations communication. Readings on the culture of public communication show that the communication scope are an activities of information packaging also selective approaches to provide credible, fast-easily accessible information, developing synergies and information exchanges between institutions and the public. There is a culture gap of public communication forms because government own perspective in understanding the relationship between citizens and the state vis a vis government apparatus. In the future, there is a challenge for public relationspractitioners to create an environment of friendly public opinion (favorable).Keywords: Public communication, Communication culture, Government public relationsAbstraksiKomunikasi publik pemerintah menjadi sorotan, pasalnya aktivitas komunikasi kepada publik dan warga negara dinilai beberapa pihak belum mengedepankan kepentingan publik. Namun demikian, belum ada batasan yang jelas tentang pendekatan, taktik, proses dan tolok ukur keberhasilan aktvitas komunikasi publik. Dengan pendekatan strukturasi, studi ini membedah pendekatan komunikasi publik dalam kerangka kelembagaan komunikasi pemerintah saat ini. Analisis dilakukan dalam konteks kelembagaan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang secara legal formal memiliki tugas dan peran dalam komunikasi kehumasan pemerintah. Pembacaan atas budaya komunikasi publik menunjukkan bahwa peran komunikasi mencakup pengemasan informasi, pendekatan selektif dalam penyediaan informasi yang kredibel, cepat dan mudah diakses, dan mengembangkan sinergi promosi pertukaran informasi antarlembaga dan masyarakat. Budaya komunikasi publik lebih dipengaruhi oleh cara pandang lembaga pemerintah dalam memahami hubungan antara warga negara dengan negara vis a vis aparatus pemerintah. Sementera, ke depan ada tantangan praktisi kehumasan pemerintah untuk bekerja menciptakan lingkungan opini publik yang bersahabat (favorable).Kata Kunci: Komunikasi publik, Budaya komunikasi, Kehumasan pemerintah
Membangun Literasi Budaya Lokal Kepada Generasi Z Melalui Tradisi Weh-Wehan di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Viro Dharma Saputra
PRoMEDIA Vol 6, No 1 (2020): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v6i1.4086

Abstract

Abstract The purpose of this study is to introduce the local culture in the form of the weh-wehan tradition. The tradition of welcoming the Prophet's birthday and taking place once a year attracts a lot of attention. Many of the Z generation born in the 1995-2010 range were affected by the use of smartphones to access the latest news and did not pay attention to the existing local culture. This influence is great for the threat of cultural literacy transmitted from gen X to generation Z. Aims to know the cultural literacy carried out by generation Z and the impact of this tradition on generation Z. Using descriptive qualitative and snowball sampling, as informants are local figures representing generation x by the Chair of IPNU, and Gen Z was represented by the youth leaders and students. Based on the results obtained that to build local wisdom, can invite generation z to participate together through the weh-wehan tradition which only takes place once a year in the celebration of the Birthday of the Prophet. It aims to introduce cross-cultural culture that must be held fast to the current generation z.Keywords: Cultural Literacy, Weh-wehan, Generation Z, Prophet's Birthday AbstraksiTujuan penelitian ini untuk mengenalkan budaya lokal berupa tradisi weh-wehan. Tradisi yang dilakukan menyambut maulid nabi dan berlangsung setahun sekali banyak menarik perhatian. Banyak generasi Z yang terlahir dalam rentang 1995-2010 terdampak  dari penggunaan smartphone untuk mengakses berita terkini dan tidak memperhatikan kembali budaya lokal yang ada. Pengaruh ini besar bagi terancamnya literasi budaya yang ditularkan dari gen X kepada kaum generasi Z. Bertujuan untuk mengeatahui literasi budaya yang dilakukan oleh generasi Z serta dampak tradisi ini kepada generasi Z. Menggunakan deskriptif kualitatif dan snowball sampling, sebagai informan adalah tokoh setempat mewakili generasi x oleh Ketua IPNU, serta gen Z diwakili oleh ketua karang taruna dan mahasiswa. Berdasar hasil yang didapat bahwa untuk membangun kearifan lokal, dapat mengajak generasi z untuk berpartisipasi bersama melalui tradisi weh-wehan yang hanya berlangsung setahun sekali dalam perayaan Maulid Nabi. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan budaya lintas zaman yang harus tetap dipegang teguh hingga generasi z saat ini. Kata Kunci : Literasi Budaya, Weh-wehan, Generasi Z, Maulid Nabi
Budaya Literasi dalam Perspektif Tanggung Jawab Sosial David Randy; Nawiroh Vera; Umaimah Wahid
PRoMEDIA Vol 6, No 1 (2020): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v6i1.3525

Abstract

AbstractThroughout 2019, Indonesia was confronted with a number of mass actions that led to riots. In many discussions on mainstream media platform as well as academic institutions, the circulation of hoaxes and fake news on social media are often used as scapegoats. President of the Indonesian Anti-Defamation Society (Mafindo), Anita Wahid explained, in 2015, there was an average of 10 hoaxes circulated in Indonesia per month. This number increased to 27 per month in 2016, 59 per month in 2017, and 96 per month in 2018. According to Central Connecticut State University, in 2016, Indonesia was on the 60th position (out of 61 countries) regarding literacy and literate behaviour. Based on Aisah, Hasra, and Sumiati's finding, it is known that as many as 61 percent of 184 respondents (Indonesian undergraduate students) couldn't identify one of the three fake news that was presented. Meanwhile, according to Dr Quinton Temby's analysis, the protests on May 21-22 in Jakarta, which led to riots, were the result of online disinformation. This type of chaos was the first time that had ever happened among democratic countries. The dependence of the Indonesian public on the social media platform can indicate a decline in public trust for the mainstream media. Temby claimed that this happened because most of Indonesian’s mainstream media were too sympathetic to the government. On this paper, the authors examine the phenomenon of the circulation of hoax and fake news in Indonesia through a multi-modal analysis. We started the study by conducting background analysis (literature reviews) on the culture of literacy in Indonesia, continuing with frame analysis of METRO TV’s news (allegedly as one of the pro-government media), then analysing the findings in the social responsibility perspective. Results of the analysis showed an increase in the number of hoaxes and false news' circulation in Indonesia. For this reason, to combat its circulation, the government's commitment is needed to foster a literate culture. The mainstream media need to increase public trust through more educative and critical programs. Social media companies need to be more active and responsive in preventing and combating the circulation of hoaxes and fake news. At the same time, the Indonesian public needs to educate themselves by increasing their understanding and knowledge.Keywords: Framing Analysis, Fake News, Hoax, Culture of Literacy, Social Responsibility Theory.AbstraksiSepanjang tahun 2019, Indonesia dihadapkan dengan sejumlah aksi massa yang berujung kericuhan. Dalam banyak diskusi di media massa mau pun institusi akademik, peredaran hoax dan fake news di media sosial sering dijadikan sebagai kambing hitam. Presiden Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Anita Wahid menerangkan bahwa pada 2015 rata-rata 10 hoax beredar di Indonesia per bulannya. Jumlah tersebut meningkat menjadi 27 per bulan pada 2016, 59 per bulan pada 2017, dan 96 per bulan pada 2018. Hasil studi di Universitas Negeri Central Connecticut tentang budaya literasi global pada 2016, menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara yang diteliti. Dari penelitian Aisah, Hasra, dan Sumiati, diketahui sebanyak 61 persen dari 184 responden (mahasiswa Indonesia) tidak dapat mengidentifikasi 1 dari 3 fake news yang ditampilkan. Sementara itu, Dr. Quinton Temby berpendapat bahwa aksi massa di Jakarta yang berujung kericuhan pada 21-22 Mei lalu ialah akibat dari disinformasi online. Kericuhan semacam itu merupakan yang pertama kali terjadi di negara demokrasi. Ketergantungan sejumlah rakyat Indonesia terhadap platform media sosial merupakan indikasi penurunan keperayaan publik kepada media mainstream. Temby mengklaim bahwa hal tersebut terjadi karena sebagian besar media mainstream Indonesia terlalu bersimpati kepada pemerintah. Pada penelitian ini, penulis mengkaji fenomena peredaran hoax dan fake news di Indonesia melalui analisis multi-modal. Kami memulai dari analisis latar belakang (studi pustaka) tentang budaya literasi di Indonesia, dilanjutkan dengan analisis framing berita METROTV (yang diduga sebagai salah satu media massa pendukung pemerintah), kemudian menganalisis temuan-temuan dalam perspektif tanggung jawab sosial. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan jumlah sirkulasi hoax dan fake news di Indonesia. Untuk itu, dalam upaya memerangi peredarannya diperlukan komitmen pemerintah dalam menumbuhkan budaya literasi. Media massa mainstream perlu meningkatkan kepercayaan publik melalui tayangan-tayangan yang lebih edukatif dan kritis. Perusahaan media sosial perlu berperan lebih aktif dan responsif dalam mencegah dan melawan peredaran hoax dan fake news. Di saat yang sama, masyarakat Indonesia perlu mengedukasi diri melalui peningkatkan pemahaman dan pengetahuan secara mandiri.Kata Kunci: Analisis Framing, Budaya Literasi, Fake News, Hoax, Teori Tanggung Jawab Sosial
Strategi City Branding Jakarta Sebagai Ibukota Multikultural; Studi Deskriptif Kualitatif Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan DKI Jakarta Rosanah Rosanah
PRoMEDIA Vol 6, No 1 (2020): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v6i1.4087

Abstract

Abstract Jakarta as the nation's capital that reflects "miniature Indonesia" with a diversity of cultures, ethnicities and religions is one in the frame of "Unity in Diversity". Based on the Vision and Mission of the DKI Jakarta Governor for the 2017-2022 period, the DKI Jakarta Tourism and Culture Office through the Domestic Marketing Promotion Section will conduct a City Branding in order to realize Jakarta as a Multicultural Capital for all various groups and communities in the capital. City Branding is a marketing strategy in order to build a city's identity. Imaging the city requires each region to create an image of a particular city that shapes the character of the city that is intended to shape and enhance tourism and cultural potential. Multiculturalism with its various uniqueness and the slogan "Enjoy Jakarta" as the identity of the city of Jakarta is a strategy to package as city image of Jakarta as a tourist and cultural destination with international standards. This study aims to describe the activities of the Department Tourism and Culture of DKI Jakarta Province in conducting the City Branding of Jakarta as the Multicultural Capital. This research uses descriptive qualitative with documentation study and interviews as a primary data source. The results of research on City Branding Jakarta as the Multicultural Capital are carried out through the Integrated Marketing Communication strategy, namely: Promotion, Advertising, Direct Selling, Personal Selling and Public Relations. Among them through innovative local cultural collaborative events and various international scale events, infrastructure development of the capital and tourist destinations, as well as the use of various social media platforms and online media. The implementation of City Branding of the Jakarta Tourism and Culture Office also establishes cooperation and involves various parties such as local communities, investors and stakeholders such as synergy with the "Jakarta Tourism" community, through exploration, elaboration and collaboration of various tourism and cultural potentials in realizing Jakarta not only as a city transit but can increase the number of domestic and foreign tourists. The parameters of success of the City Branding strategy can be seen among others based on an increase in the number of tourists and accommodation, The Number of Tourism, Length of Stay (LoS), Money Circulation, and various awards won by the Department of Tourism and Culture and the Governor of DKI Jakarta Province”. Keywords: Communication Strategy, City Branding, Multicultural CapitalAbstraksiJakarta sebagai Ibukota Negara yang merefleksikan “miniatur Indonesia”, dimana keberagaman budaya, suku, etnis, dan agama kumpul menjadi satu dalam bingkai “Bhineka Tunggal Ika”. Mengacu pada Visi dan Misi Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta melalui Bidang Destinasi Pemasaran Seksi Promosi Dalam Negeri melakukan City Branding dalam rangka mewujudkan Jakarta sebagai Ibukota Multikultural yang merangkul seluruh golongan dan komunitas yang ada di ibukota. City Branding adalah strategi pemasaran dalam rangka membangun identitas sebuah kota. City Branding menuntut setiap daerah untuk berlomba menciptakan citra tertentu sehingga terbentuklah city image yang menjadi karakter sebuah kota yang bertujuan untuk membentuk dan meningkatkan potensi wisata dan budaya. Multikulturalisme dengan berbagai keunikannya dan slogan “Enjoy Jakarta” sebagai identitas kota Jakarta merupakan strategi Packaging sebuah brand atau City Image Ibukota Jakarta sebagai tujuan wisata dan budaya dengan standar Internasional”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan City Branding Jakarta sebagai Ibukota Multikultural. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan studi dokumentasi serta wawancara sebagai sumber data primer. Berdasarkan hasil penelitian, City Branding Jakarta sebagai Ibukota Multikultural dilakukan melalui strategi Integrated Marketing Communication, yaitu: Promotion, Advertising, Direct Selling, Personal Selling dan Public Relations. Diantaranya melalui event kolaboratif budaya lokal yang Inovatif serta berbagai event skala Internasional, pembangunan infrastruktur ibukota dan destinasi wisata, serta pemanfaatan berbagai platform media online dan media sosial. Implementasi City Branding Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta juga menjalin kerjasama dan melibatkan berbagai pihak seperti masyarakat lokal, investor dan stakeholders seperti sinergitas dengan komunitas “Jakarta Tourism”, melalui ekplorasi, elaborasi dan kolaborasi berbagai potensi wisata dan budaya dalam rangka mewujudkan Jakarta bukan hanya sebagai kota transit semata akan tetapi dapat meningkatkan jumlah wisatawan dalam dan luar negeri. Parameter keberhasilan dari strategi City Branding diantaranya dapat dilihat berdasarkan adanya peningkatan jumlah wisatawan dan akomodasi, The Number of Tourism, Length of Stay (LoS), Peredaran uang, serta berbagai penghargaan yang diraih Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Gubernur Provinsi DKI Jakarta.Keywords: Strategi Komunikasi, City Branding, Ibukota Multikultural.
Pendampingan Pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TBC-RO) Melalui Strategi Komunikasi Interpersonal Organisasi Mantan Pasien Khuswatun Hasanah; Virginia Ayu Sagita
PRoMEDIA Vol 6, No 1 (2020): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v6i1.4045

Abstract

AbstractThis study aims to examine the communication strategies carried out by the organization of former drug resistant tuberculosis patients Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) in assisting MDR-TB patients, both related to treatment, access to services, and about social impacts during treatment. As an innovation that was born in collaboration with the TB Sub Directorate of the Ministry of Health together with the Indonesia Challenge TB (CTB), the organization of ex-patients plays an important role in providing assistance. Because the treatment for MDR-TB patients is not easy in terms of the length of the treatment period, side effects of treatment, access to services, to other social problems. The former patient organization is present as a group that has undergone MDR-TB treatment periods so that the experience of delivering MDR-TB patients who are on medication has the same perception and motivation related to healing. The method used is a qualitative descriptive approach. Data obtained through observation, in-depth interviews (indepth interview), and documentation of all patient organization activities supported by CTB in 6 provinces in Indonesia. The results showed that through the similarity of fields of experience, the accompanying messages conveyed by patient organizations were channeled effectively. This is also supported by the interpersonal strategy of the organization of the former patient who plays himself as a peer educator in providing assistance and motivation for treatment. The communication is carried out by door to door (home visit), hospital visits, and through focus group discussions. This study also confirms the theory of Message Design Logic by Barbara O'Keefe that with the Rhetorical Message Design Logic, the message delivered is emphasized to achieve its goals not just the occurrence of response or reciprocity. In this case, supported by a shared experience, the motivation to complete treatment for TB patients will be more effective and get a good response.Keywords: Tuberculosis, MDR-TB, Interpersonal Communication, Field of ExperienceAbstraksiPenelitian ini bertujuan mengkaji strategi komunikasi yang dilakukan oleh organisasi mantan pasien tuberkulosis resisten obat (TBC-RO) dalam melakukan pendampingan terhadap pasien TBC-RO, baik terkait pengobatan, akses layanan, maupun perihal dampak sosial semasa pengobatan. Sebagai inovasi yang dilahirkan atas kolaborasi Sub Direktorat TBC Kementerian Kesehatan bersama dengan Challenge TB (CTB) Indonesia, organisasi mantan pasien memegang peranan penting dalam melakukan pendampingan. Pasalnya, pengobatan bagi pasien TBC-RO tidak mudah dari sisi lamanya jangka waktu pengobatan, efek samping pengobatan, akses layanan, hingga masalah sosial lainnya. Organisasi mantan pasien hadir sebagai kelompok yang pernah menjalani masa-masa pengobatan TBCRO sehingga pengalaman mengantarkan pasien TBC-RO yang sedang dalam pengobatan memiliki persepsi dan motivasi yang sama terkait kesembuhan. Metode yang digunakan adalah  pendekatan deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi dari segala kegiatan organisasi pasien dukungan CTB di 6 provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui adanya kesamaan field of experience, pesan pendampingan yang disampaikan oleh organisasi pasien tersalurkan dengan efektif. Hal ini didukung pula oleh strategi interpersonal organisasi mantan pasien yang memerankan diri sebagai peer educator dalam memberi pendampingan dan motivasi pengobatan. Adapun komunikasi tersebut dilakukan secara door to door (home visit), kunjungan ke rumah sakit, dan melalui diskusi kelompok terarah. Penelitian ini sekaligus mengonfirmasi teori Message Design Logic oleh Barbara O’Keefe bahwa dengan gaya komunikasi logika desain pesan retorika, pesan yang disampaikan ditekankan untuk mencapai tujuannya bukan sekadar hanya terjadinya respon atau timbal balik saja. Dalam hal ini, didukung oleh kesamaan pengalaman maka motivasi menuntaskan pengobatan bagi pasien TBC-RO akan lebih efektif dan mendapatkan respon yang baik.Kata Kunci: Tuberkulosis, TBC-RO, Komunikasi Interpersonal, Field of Experience
Akulturasi Budaya Hibrid pada Pagelaran Musik Jazz Gunung sebagai Identitas Global dalam Meningkatkan Potensi Wisata Mochammad Djauhari; Jokhanan Kristiyono
PRoMEDIA Vol 6, No 1 (2020): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v6i1.4065

Abstract

AbstractThis study analyzes the process of acculturation of hybrid culture in the performing arts of Mount Bromo Jazz with the local culture of the Tengger tribe. The acculturation of hybrid culture as a global identity in increasing local tourism potential is the culture of the Tengger tribe, Bromo. By using a discourse analysis research methodology, researchers analyze and describe the dialectics to the discourse that occurs in the process of acculturation of hybrid culture at the Bromo mountain jazz performance. The development of Jazz music spread throughout the world, including in Indonesia. Jazz music is quite popular and is loved by many people, especially young people. At present, there are enough jazz shows that are often held in Indonesia. It is interesting to study and analyze that in this Bromo Jazz music performance the concept of performance and music is a combination of local culture and western culture. Performances by local Indonesian musicians together with global musicians around the world. Some new music works were created through a collaborative process between local musicians and foreign (global) musicians. The results of this study are the local culture of the Tengger tribe with global culture, namely the performance of jazz music into the potential of hybrid culture acculturation in the Sukapura Probolinggo East Java region. This study also illustrates how the process of creating a hybrid culture in Bromo Jazz music performance. The conclusions obtained from this study are the development of the hybrid music culture of Mount Bromo Jass as a potential world-class tourist destination.Keywords: Hybrid Culture, Bromo Mountain Jazz, Acculturation, IdentityAbstraksiPenelitian ini menganalisa proses akulturasi budaya hibrid pada seni pertunjukan Jazz Gunung Bromo dengan budaya lokal suku Tengger. Akulturasi budaya hybrid sebagai identitas global dalam meningkatkan potensi wisata lokal yaitu budaya suku Tengger, Bromo. Dengan menggunakan metodologi penelitian analisa wacana, peneliti menganalisa dan mendeskripsikan dialektika hingga diskursus yang terjadi dalam proses akulturasi budaya hybrid pada pagelaran musik jazz gunung Bromo. Perkembangan musik Jazz menjalar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Musik jazz tergolong musik yang cukup populer dan disenangi oleh banyak kalangan, terutama anak muda. Menarik dikaji dan dianalisa bahwa pada pagelaran musik Jazz Gunung Bromo ini konsep pertunjukan dan karya musiknya merupakan gabungan antara budaya lokal dan budaya barat. Pertunjukan para musisi lokal Indonesia bersama dengan para musisi global dunia. Beberapa karya musik baru diciptakan dengan proses kolaborasi bersama antara musisi lokal dengan musisi luar (global). Hasil dari penelitian ini adalah Budaya lokal suku Tengger dengan budaya global yaitu seni pertunjukan musik jazz menjadi potensi akulturasi budaya hybrid di kawasan Sukapura Probolinggo Jawa Timur. Penelitian ini juga menggambarkan bagaimana proses terciptanya budaya hybrid pada pagelaran music Jazz Gunung Bromo. Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah pengembangan budaya hybrid musik Jazz Gunung Bromo sebagai potensi destinasi wisata berkelas duniaKata Kunci: Hibrid, Jazz Gunung Bromo, Akulturasi, Identitas
Budaya Literasi Dan Jurnalisme Supermarket (Studi Kasus Harian Pagi Jawa Pos, Surabaya) Dhimam Abror
PRoMEDIA Vol 6, No 1 (2020): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v6i1.4080

Abstract

AbstractJawa Pos Morning Daily is one of the largest media conglomerate in Indonesia published from East Java, with total circulation 350.000 copies. It is known with distinctive journalism style with colorful pages, large and attractive pictures, advanced page design, and highly variative rubrication. Jawa Pos also known with its simple and communicative language capable of reaching out vast section of readers from lowly market to the high. This journalism formula is self-termed ‘’Supermarket Journalism’’ meaning a journalism concept aimed at serving whole section of society. With this formula Jawa Pos circulation grows to become the largest in East Java surpassing all national publications including quality newspaper Kompas. This is achieved amid low literacy culture in Indonesia. A study by UNESCO shows that among 61 countries surveyed Indonesia ranks 60th, only a strip above Botswana in the bottom of the list. This paper is to reveal how, by applying Supermarket Journalism formula, Jawa Pos thrives to become the largest newspaper in East Java amid low literacy culture. The same formula is also successfully applied to all Jawa Pos media subsidiaries throughout Indonesia so that total Jawa Pos Group circulation overtakes Kompas-Gramedia Group’s. This study applies qualitative-descriptive methodology with case study approach. Indepth interviews and focus group discussion are used to gather and enrich data. To understand literacy culture and the media this research uses the theory of Understanding Media of McLuhan. Mass Communication theory of McQuail and media theory of Hallin and Mancini are applied to understand Supermarket Journalism concept. The study shows that Supermarket Journalism succeeds in attracting large section of readers amid low literacy culture of society.Keywords: Supermarket Journalism, Jawa Pos, Reading Habit, Literacy CultureAbstraksiHarian Pagi Jawa Pos adalah salah satu media konglomerasi terbesar di Indonesia dari Jawa Timur dengan oplah 350.000 eksemplar. Koran ini dikenal dengan gaya jurnalisme yang khas, dengan tampilan penuh warna, foto-foto besar mencolok, grafis desain yang menarik, serta rubrikasi yang sangat bervariasi. Jawa Pos juga mempunyai gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami yang bisa menjangkau semua kalangan pembaca, dari kelas paling bawah sampai kalangan menengas ke atas. Konsep jurnalisme ini disebut sebagai ‘’Jurnalisme Supermarket’’, yaitu jurnalisme yang bisa melayani semua kalangan pembaca. Dengan konsep ini Jawa Pos bisa meraih pembaca tertinggi di Jawa Timur mengalahkan koran-koran nasional termasuk Kompas. Capaian ini didapat di tengah kondisi budaya membaca (literasi) masyarakat Indonesia yang sangat rendah. Studi UNESCO mengenai minat baca menunjukkan bahwa dari 61 negara Indonesia berada di posisi ke-60, hanya setingkat di atas Botswana di posisi jurukunci (Sudibyo, 2019). Penelitian ini akan mengungkap bagaimana di tengah kondisi budaya baca yang rendah Jawa Pos berhasil menerapkan strategi jurnalisme yang tepat sehingga bisa menjadi koran terbesar di Jawa Timur. Formulasi yang sama juga dipakai Jawa Pos untuk mengembangkan koran-koran anak usahanya di seluruh Indonesia, sehingga total oplah Jawa Pos Group mengungguli kelompok Kompas-Gramedia. Studi ini memakai metodologi kualitatif-diskriptif  (Mulyana, 2009, Moleong, 2012, Creswell, 2001) dengan pendekatan studi kasus (Yin, 2001, Alwasilah, 2014). Wawancara mendalam (indepth interview) dan FGD (Focus Group Discussion) dipakai untuk pengumpulan dan pengayaan data. Untuk menelusuri budaya baca dan hubungannya dengan media, studi ini menerapkan Teori Understanding Media dari McLuhan (1964) dan Teori Mediamorphosis Roger Fiddler (1987). Untuk mengupas Jurnalisme Supermarket studi ini menerapkan Teori Komunikasi Massa McQuail (2011), dan Teori Media Hallin dan Mancini (2004). Hasil studi menunjukkan bahwa formula Jurnalisme Supermarket berhasil menarik pembaca dalam jumlah besar di tengah kondisi rendahnya minat baca masyarakat.Kata Kunci: Jurnalisme Supermarket, Jawa Pos, Minat Baca, Budaya Literasi

Page 1 of 1 | Total Record : 7